Selasa, 04 Oktober 2016

Ekspedisi Fatu Ulan - Desa Diatas Awan



Menjelajahi tempat-tempat Eksotik di Pulau Timor ini seakan tak pernah habis khususnya di kabupaten Timor Tengah Selatan salah satu Destinasi kali ini yang sangat berpotensi menjadi Objek Wisata dengan suasana Pedesaan menjadi tujuan Ekspedisi Team MTM ternyata masih asing dibanyak orang bahkan masih sedikit penduduk kota So'E yang mengetahui desa tujuan kami apalagi warga Kota Kupang. Berikut ini Team MTMT akan membagikan pengalaman Ekspedisi ke sebuah perkampungan yang hampir sepanjang tahun diselimuti kabut dan awan namanya Fatu Ulan.


Perkampungan Fatu Ulan ini berada di wilayah Kecamatan Kie, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Membutuhkan perjalanan sekitar 172 km (107 mile) dari Kota Kupang atau 62 km (39 mile) dari Kota So'E dengan Elevasi Geografis 1.319 MDPL (Meter Diatas Permukaan Laut).

Rute Menuju perkampungan Fatu Ulan dari Kupang dapat ditempuh melewati 2 arah yakni dari arah Selatan perjalanan melalui Kecamatan Batu Putih menuju Pantai Kolbano yang terkenal dengan batu berwarna itu atau arah Barat melewati Kota So'E Ibukota Kabupaten Timor Tengah Selatan menuju desa Niki-Niki Kecamatan Amanuban Tengah. 

Team MTMT kali ini memilih rute Barat melalui Kota So'E karena dalam Ekspedisi ini ada 2 Team yang akan bergabung menuju Fatu Ulan yakni Team MTMT (My Trip My Tapaleuk) dari Kota Kupang dan dari Atambua Kabupaten Belu yakni Team MTMM (My Trip My Man) dengan masing-masing Team mengendarai 2 Unit Kendaraan Off Road.


23/09/2016 : Ekpedisi dimulai pada Hari Jum'at malam tanggal 23 September 2016 dan mengingat informasi medan jalan yang akan dilalui menuju bukit Fatu Ulan adalah medan Off Road dimana harus melalui tanjakan jalan yang tajam dan lembah-lembah yang curam dengan badan jalan berbatu dan kemungkinan rusak karena longsoran tanah tebing sehingga kedua Team memutuskan pada jum'at malam tersebut beristirahat di kota terdekat dari rute perjalannya yang dipilih masing masing team.


Team MTMT dipimpin oleh Adith Alhabsyi beranggota sebanyak 6 orang dengan Kendaraan Jeep CJ5-Mambo (Knight Rider) dan Suzuki Jimny Modifikasi (Liar) menginap di Hotel Dena Kota So'E, Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Team MTMM dengan Leader-nya Helmy Pratama juga terdiri 6 orang menggunakan kendaraan Jeep Landrover Long Sasis dan Toyota Hardtop menginap di Kota Kefamenanu Kabupaten Timor Tengah Utara.

Tanggal 24/09/2016, jam 08.00 Wita : Setelah sarapan pagi di hotel Team MTMT bergerak menuju titik penggabungan yakni di cabang jalan menuju desa Oenlasi. Kontak dengan Team MTMM yang telah duluan bergerak terus dilakukan dan setelah 30 menit perjalanan dengan jarak 24 km dari Kota Soe'E akhirnya kedua Team bertemu di jalur jalan menuju desa Oenlasi. 

Team MTMM dari Atambua memilih istirahat sementara sambil memasak sarapan pagi berupa Mie kemasan dengan telor rebus karena di Hotel di Kefamenanu tidak disediakan sarapan pagi. Kurang lebih 1 jam menunggu Team MTMM sarapan akhirnya perjalanan Ekspedisi Fatu Ulan dengan 2 team yang telah bergabung dilanjutkan.

Gabungan Team Ekspedisi dengan 4 unit Jeep melanjutkan perjalanan menuju desa Fatu Ulan dan menurut perhitungan saya menggunakan metode GPS masih dibutuhkan 24 km lagi untuk mencapai pemukiman di kaki bukit Fatu Ulan tempat dimana Team akan beristiarat pada malam hari nanti sebagai Cek Poin Pertama.

Rute perjalanan dari cabang Oenlasi sudah diaspal hotmix cukup mulus walau banyak belokan dan belum banyak tanjakan berat hingga mendekati desa Oenlasi kandaraan City Car masih nyaman di kendarai khususnya sampai di desa Oenlasi. 

Mendekati desa Oenlasi badan jalan yang beraspal mulai banyak yang rusak dan berlubang team dengan kendaraan Jeep sejauh ini tidak bermasalah melahap rute perjalanan sampai di cabang pasar Oenlasi. Karena kebutuhan konsumsi sudah lengkap dibawa masing-masing team sehingga dipasar Oenlasi kita hanya lewat sambil mengajar waktu mencapat cekpoint pertama dikaki bukit Fatu Ulan.

Dari pasar Oenlasi ini perjalanan dilanjukan mengarah ke desa Nekmese, hampir seluruh badan jalan sudah tidak beraspal lagi karena telah terkelupas meninggalkan tanah pengerasan jalan saja. Sejauh ini dengan mengendarai kendaraan Jeep berpenggerak 4 roda yang team ekspedisi gunakan serasa tidak bermasalah melahap rute perjalanan.

Tugu Desa Nekmese
Selanjutnya dari tugu Kantor Desa Nekmese yang dibuat disisi persimpangan jalan kita belok kiri menuju desa Bele 2 kemudian Desa Bele 1 hingga mencapai pemukiman di kaki bukit Fatu Ulan. Kontur jalan mulai dari desa Nekmese yang berbukit dan lembah dari satu desa ke desa berikutnya sudah tidak beraspal bahkan tidak jarang untuk mencapai pemukiman berikutnya yang berada disebelah bukit harus melewati tanjakan jalan berbatu.

Relief/Tinggi-rendahnya Permukaan Bumi di jalur jalan dari desa Nekmese sampai bukit Fatu Ulan membuat perjalanan Ekspedisi ini sama sekali tidak bisa dibilang bagus. Beruntung kendaraan yang kita gunakan berpengerak 4 roda (4x4) sehingga sedikit memudahkan perjalanan namun guncangan dan getaran kendaraan dijalur jalan yang 90% berbatu ini sangat menguras Stamina dan kekuatan kendaraan yang kita gunakan.

Jalan-jalan yang menghubungi pemukiman di Desa Fatu Ulan yang berbukit dan lembah ini seluruhnya dibuat oleh penduduk setempat sebagai sarana memasarkan hasil kebun dan ladang serta ternak mereka ke luar desa Fatu Ulan. Material yang digunakan membuat badan jalan seluruhnya dari batu-batu kecil yang diatur pada badan jalan kemudian ditutupi tanah, kamipun sama sekali tidak melihat adanya aspal di seluruh jalan-jalan desa Fatu Ulan ini.

Cek Poin Pertama, Istirahat dulu
Akhirnya sekitar Jam 11:30 Wita Team Ekspedisi sampai pada Cek Point Pertama sebuah rumah milik penduduk setempat yang masih keluarga salah satu anggota team Ekspedisi (MTMM) dari Kota Atambua. Kami pun memarkir kendaraan di halaman rumah tersebut sambil menurunkan peralatan untuk memasak.

Anggota Team dari MTMM Atambua tepatnya sebagai penunjuk jalan dalam Ekspedisi ini bersama saudaranya yang bermukim dirumah tersebut bergegas menuju kebun menangkap ternaknya untuk dimasak pada malam hari nanti, sementara anggota team lainnya dengan bekal yang dibawah sibuk dengan aktifitas masing-masing menyiapkan makan siang. 

Seluruh anggota team terlihat kecapaian namun perasaan lega karena telah mencapai Cek Point pertama sebagai tempat istirahat dimalam kedua ekspedisi ini tepatnya dikaki bukit Fatu Ulan terlihat kagum akan keindahan pemandangan alam dan suasana sambutan penduduk setempat yang ramah dan merasa aneh dan girang melihat kedatangan kita di kampungya.


Anak-anak sekolah sejenak menghentikan perjalanan pulang sekolahnya, mereka berkumpul sambil fokus memandang dan berbincang sambil melihat kendaraan Jeep yang kami gunakan, dibenak kami berpikir tentunya penduduk dan anak-anak sekolah tersbut bertanya-tanya mau kemana orang-orang kota ini sampai berada dikampugnya pada siang bolong ini.


Sekarang kita berada setinggi awan
Negeri yang terlupakan.!!! Hawa dingin yang menyambut kami saat tiba tadi dengan cepatnya berganti dengan kabut. Mataharipun sirna dibalik awan seakan ingin menegaskan inilah Desa diatas Awan, sebuah negeri terpencil yang belum tersentuh teknologi maju, jalan penghubung terbuat dari susunan batu, tidak ada Televisi, tidak ada Radio, tidak ada alat Komunikasi, bahakan peralatan Elektronik yang dimiliki penduduk setempat yang hidup dari berkebun dan berternak bahkan salah satu kebutuhan penting penduduk kota yang akan "Panik" jikalau Padam yakni Listrik juga tidak tersedia di Desa Fatu Ulan ini. Dari tempat istirahat ini kami dapat memandang pemukiman lainnya di dataran rendah jelas dimana awan berarak bagaikan sapuan kabut terbawa angin.

Tertutup Kabut Awan
Menjelalang sore hari kami benar-benar telah berada didalam awan, puncak bukit Fatu Ulan sudah tidak terlihat lagi bahkan pemukiman dibawah juga sudah samar-samar tak terlihat karena tertutup kabut awan. Lokasi tempat istirahat kami dapat digambarkan seperti kita berada di pesawat terbang yang memasuki awan tebal. Saat saya menyapu rambut telapak tangan saya basah, Jack Zachariaz anggota dari Team MTMT juga baru sadar saat menyapu janggutnya yang basah, Jacket dan Baju Hangat yang kita pakai terlihat kering namun saat disentuh berembun uap air, sebuah pengalaman yang baru kami alami selama hidup, Luar biasa.

Setelah Makan Siang dan beristirahat sejenak Anggota Team yang pergi mencari Ternak telah kembali dengan membawa Kambing dan 3 ekor Ayam kampung. Saya segera bergegas mengambil Parang/Golok dan Pisau yang saya beli di pasar kota So'E untuk menyembelih Kambing dan 2 Ekor Ayam. Daging kambing yang sudah saya kuliti tadi dikeroyok seluruh Anggota Team membuat daging Se'i atau Lalolak orang Kupang menyebutnya.

Malampun tiba Perapian untuk membakar daging Kambing dan Ayam segera dibuat. Udara semakin dingin tapi semangat membakar daging untuk makan malam mengusir dinginnya malam yang ditutupi kabut/awan di kaki bukit ini.

Panasnya Daging bakar yang kontras dengan dinginnya malam menggerakkan seluruh anggota berkumpul di perapian sambil mencaplok daging bakar langsung dari pemanggangan yang telah matang untuk dimakan secapatnya. 



Tanggal 24/09/2016 : Jam 5:30 Wita saya dibangunkan oleh Adit Alhabsyi (Leader Team MTMT dari Kupang) yang sudah duluan terjaga di subuh hari, udara masih dingin menyengat tubuh namun kabut awan sudah tidak terlihat..... lingkungan sekitarnya basah karena kabut/awan dari malam hari, tenda yang menutupi mobil jeep juga basah kuyup dan saya segera membongkarnya dan menyimpan kedalam Jeep saya. 

Kamera Foto dan Handphone dalam tas saya keluarkan dan kendaraan dipanaskan, Ops.... Mobil distarter berulang kali tapi tidak mau hidup mungkin karena udara yang dingin dan lembab dipagi hari menyulitkan kami menghidupkan mesin mobil. 2 unit Jeep akhirnya ditarik keluar oleh Toyota Hard Top untuk menghidupkan. Saya dengan sigap membawa Jeep saya menuruni lembah menuju salah satu Spot pemotretan Matahari Terbit/Sunrise dengan Panormana lembah dan Pantai Boking di Cakrawala. 

 Sunrise di Fatu Ulan... Hmmm Pagi yang cerah di Fatu Ulan kabut awan belum muncul sementara Langit mulai terang menandakan sebentar lagi Matahari akan menapaki Horison di Ufuk Timur. Tripot, Kamera dan Handphone pun disiapkan untuk memotret Sunrise di kaki bukit Fatu Ulan ini dengan ketinggian 998 MDPL.

Setelah puas memotret Sunrise kami melanjutkan ekspedisi menuju Cek Poin kedua yaitu Gunung Lunu puncak tertinggi di Desa Fatu Ulan, Jalur jalan menuju Gunung Lunu makin sulit seluruhnya mendaki dengan jarak tempuh 3 km dari Cek Point kami dengan ketinggian/elevasi 1.319 MDPL berarti Jeep kami harus menanjak ketinggian jalan Off Road ini sekitar 320 meter. 

Di punggung bukit terdapat Setengah pendakian dengan Jeep kami mampir sejenak di pemukiman dan kantor Desa Fatu Ulan sambil mengambil dokumentasi selanjutnya perjalanan dilanjutkan. Sasaran saya adalah sebuah batu di atas bukit Gunung Funu namanya Fatu Ulan atau Batu Ujan sebuah Spot pemotretan yang sangat indah dan Fenomenal dan inilah kemungkinan cikal bakal nama perkampunga Fatu Ulan disebut atau dinamai. 

Setelah memotret di Fatu Ulan kemipun melintasi Hutan Larangan, hutan ini berada sekitar puncak gunung Lunu dan masih dianggap angker atau keramat oleh penduduk setempat karena lebatnya hutan dan selalu diselimuti kabut awan sepanjang tahun serta ditambahi cerita penduduk yang hilang bahkan dahulu ada pelancong bule yang memasuki hutan ini tidak pernah kembali/hilang, Waooo Menyeramkan Mistiknya. 

Vegetasi Tumbuhan berjenis Ampupu (Eucalyptus urophylla) di Hutan Larangan ini cukup lebat, tumbuh Pohon-pohonnya yang besar dan diselimuti lumut dan benalu sekilas teringat saya akan suasana hutan dalam Ekspedisi Pendakian Gunung Mutis. Inilah ciri khas Vegetasi Hutan Hujan Tropis di NTT.

Latar Belakang Hutan Larangan di Gunung Lunu
Setelah melewati Hutan Larangan di gunung funu, kami menuju sebuah tanah lapang dekat kuburan dan tumbuhan Kaktus pada ketinggian 1.270 meter MDPL untuk beristirahat tepatnya Pukul 11:27 Wita untuk beristirahat membuat makan siang sambil menunggu datangnya awan menyelimuti kami di puncak bukit Fatu Ulan ini.

Dari ketinggian Bukit ini kamipun dapat memandang perbukitan dan lembah disekeliling Desa Fatu Ulan ini, saat memasak kami baru sadar bahwa Pesediaan Air Minum telah habis ditambah tidak ada warung/kios jualan akhirnya kami mendapat bantuan penduduk setempat di lembah bukit untuk mengambil air dari sumur penduduk untuk dimasak dan membuat minuman panas serta memasak Mie Instant. 

Dalam Obrolan kami sempat membahas bagaimana caranya penduduk perkampungan di Fatu Ulan ini  Survive/bertahan hidup dengan kondisi hawa dingin dan kabut awan hampir sepanjang tahun tanpa Listrik, jika kemarau panjang sumur2 pada kering, warga masyarakat yang sakit ditambah kondisi jalan apa adanya bagi kami dimusim kemarau saja sudah sulit dilalui apalagi disaat musim penghujan. Kapankah Pemerintah wilayah ini akan memperhatikan dan menyuplai listrik serta memperbaiki jalan di pemukiman Desa Fatu Ulan ini, Semoga saja kedepannya Pemerintah Desa ini mendapat perhatian dan pembangunan yang lebih layak.

Matahari sudah diatas kepala namun awan masih berarak dari arah timur menuju bukit Gunung Lunu tempat kita berada, hembusan angin dimusim kemarau di bulan September ini awanpun masih sedikit pada siang hari dan baru akan penuh pada sore hingga tengah malam. kamipun memutuskan untuk menuntaskan ekspedisi ini tanpa menunggu datangnya awan diatas bukit karena perjalanan pulang yang masih jauh bagi masing-masing Team.

Setelah Memotret sana-sini akhirnya pukul 13:30 Wita kami menuruni bukit Gunung Lunu kembali menuju cek poin pertama untuk persiapan pulang. setalah berpamitan dengan pemilik rumah kamipun misi akhir ekspedisi ini dengan perjalan pulang melalui Desa Oenlasi menuju Kota Kupang untuk Team MTMT dan Kota Atambua bagi Team MTMM.

Selamat Jalan Fatu Ulan... kami semua masih merindukanmu, merindukan dinginnya alam kamu, indahnya Panorama Desa Fatu Ulan yang indah dan berawan dan pemandangan di Horison dan Cakrawala sepanjang mata memandang. Kamipun bersepakat akan melakukan misi kedua Ekspedisi Fatu Ulan II melalui Jalur Selatan/Kolbano.


Demikian Cerita saya pada Ekspedisi Fatu Ulan mungkit untuk seri pertama ini sampai jumpa pada trip selanjutnya, Salam MTMT (My Trip My Tapaleuk), Tapaleuk yang bermanfaat....

3 komentar: