22 April 2017
Haaaiii Sobat Tapaleuk tercinta, sudah cukup lama saya absen menulis blog kita mytapaleuk.blogspot.com padahal selama waktu absen posting tersebut cukup banyak tempat yang telah kita jelajahi di daratan pulau Timor yang menawan ini dan berikut saya akan menceritakan pengalaman mengunjungi Sabana Fulan Fehan di Kabupaten Belu yang berjarak +/- 30 km daru Kota Atambua.
Ceritanya bermula dari Event Atambua Adventure Offroad yang ide penyelenggaraannya diprakarsai oleh Sdr. Helmy Pratama (Amy) seorang Pengusaha muda yang yang bermukim di kota Atambua. Amy sangat mengandrungi event Adventure dan Offroad kendaraan roda empat bertype SUV (Sport Utility Vehicle) maupun dengan Motor Jenis Sport-Trail.
Amy adalah teman lama didunia otomotof baik di roda 2 maupun roda 4. Kami selalu berkunsultasi dan bertukar pikiran mengenai rencana penyelenggaraan Event Adventure Wisata di Kabupaten Belu. Jalur konsultasi terus kami bangun baik melalui Telp, SMS dan media Sosial (WA maupun Facebook-Messenger). Banyak sudah masukan dan ide2 yang dibahas sebelum event terwujud dari mencari Sponsor, pendekatan kepada Pemda setempat maupun rencana mengundang teman2 Pencinta Otomotif roda empat dari daratan Timor dan juga dari Negara tetangga Timor Leste. Setelah matang dalam perencanaan Team MTMT diundang untuk membantu sekaligus mengikuti rangkaian jalannya acara Atambua Adventure Offroad yang diselenggarakan pada tanggal 22 s/d 23 April 2017.
Pada penyelenggaraan Event Atambua Adventure Offroad (AAO) tersebut Panitia Setempat berhasil menggandeng Dinas Pariwisata Kabupaten Belu dan Wonderful Indonesia dibawah naungan Kementrian Pariwisata (Kemenpar). Sesuai judulnya Wonderful Indonea yang berarti Pesona Indonesia tentunya sasaran kegiatan ini adalah memperkenalkan Spot Wisata yang pastinya sangat menakjubkan dan mengusik kalbu di Kabupaten Belu dengan sasaran para Wisatawan Luar Negeri agar tertarik berkunjung ke Indonesia dan menikmati Pesona Alam Indonesia.
Event Atambua Adventure Offroad dikemas dengan tantangan medan Offroad yang akan dilibas oleh para peserta dengan menggunakan kendaraan Offroad dibagi dalam 4 etape. Pada etape Pertama tanggal 20 April 2017 peserta dipimpin Bupati Belu dengan menumpang kendaraan UTV (Utility Task Vihicle).
Mobil UTV sendiri sering digunakan untuk event-event yang sifatnya memamerkan perfoma dan keahlian pengemudi dalam melibas medan-medan terjal, ganas dan curam seperti media tebing pegunungan yang basah dan lembab. Rincian etepenya inilah yang sangat menarik minat Team MTMT untuk ikut serta dalam event Off Road berpadu Spot Wisata.
Setelah mencermati rute Wisata yang dikombinasikan dengan Rute Adventure OffRoad yang akan ditempuh sebanyak 4 Etape yakni :
Etape Pertama : dari Kota Atambua menuju Air terjun Mauhalek
Etape Kedua : Menuju Sabana Fulan Fehan dan Benteng 7 Lapis di kaki gunung Lakaan.
Etape Ketiga : Fulan-Fehan menuju Desa Naikesa Kec. Tasifeto dan Bermalam sambil menyiapkan kendaraan peserta
Etape Keempat : memasuki hari ke dua yang lebih menantang dan penuh rintangan untuk menuju Lapangan Simpang Lima sebagai Lokasi Finish, kamipun bersepakat untuk berangkat menuju kota Atambua.
Team MTMT yang kali ini terdiri dari 3 orang yakni (Neni Rais, Adith Alhabsyi dan Ajub Radjab) dengan menggunakan mobil Avanza bertiga memulai perjalanan dari kota Kupang pada hari kamis 20 April 2017 saat jam menunjukkan pukul 19:15 dan menempuh 277 km atau kurang lebih 5 jam perjalanan akhirnya pukul 12:05 Team MTMT tiba di kota Atambua itupun kami sempat mampir di kota dingin So'e untuk instirahat dan makan malam sejenak dirumah makan Padang. Di kota Atambua kami bertiga bermalam dirumah Ami yang juga digunakan sebagai Posko atau Sekretariat Event Atambua Adventure Offroad 2017.
Keesokan harinya tanggal 21 April 2017 setalah Sholat Jum'at atau pukul 13:30 kami menuju Expresso Cafe untuk mengikuti Press Conference bersama Panitia Penyelenggara, Kementrian Pariwisata dan Dinas Pariwisata Kab. Belu beserta sejumlah Wartawan Media cetak dan televisi Belu. Saya selaku Perwakilan peserta dari Kota Kupang didaulat untuk bersama Panitia, Perwakilan dari Kementrian Pariwisata dan Dinas Pariwisata Kota Atambua untuk melakukan Press Conference kepada sejumlah Wartawan Media Cetak dan Elektronik yang sudah menunggu di tempat tersebut.
Dalam Press Conference tersebut saya memberikan informasi keda media terkait jumlah peserta dari Kota kupang kurang lebih 40 kendaraan yang sebagian besar masih dalam perjalanan menuju kota atambua untuk mengikuti even sesuai jadwal akan dilepas dan diikuti oleh Bapak Bu[pati Kab. Belu Besok Pagi Tanggal 22 April 2017 serta menghimbau kepada seluruh Panitia agar mengingatkan kepada seluruh peserta khusunya yang dari Luar Kab. Belu untuk menghormati dan mematuhi Kearifan Lokal yang selama ini dijaga oleh penduduk dan pemuka Adat setempat dapat terhindar dari hal-hal yang tidak kita inginkan bersama demi kelancaran jalannya Event.
Tanggal 22 April 2017, Dari Lapangan olah raga Simpang Lima Kota Atambua setelah acara seremonial yang dipimpin langsung oleh Bapak Bupati Kab. Belu Peserta yang berjumlah +/- 70 kendaraan melakukan pawai selebrasi dan promosi dalam kota Atambua selanjutnya melintasi rute menuju Air terjun Mauhalek di kecamatan Lasiolat sekitar 30 km dari kota Atambua. Jam menjunjukkan 12:42 rombongan tiba di Air terjun ini dan peserta diberikan waktu +/- 30 Menit beristirahan dan menikmati sejuknya air terjun Mauhalek.
Eh, bicara Benteng Tujuh Lapis sekalian ya MTMT ceritakan sedikit, di lokasi punggung Gunung Lakaan ini ada sebuah Objek Wisata penuh sejarah secara turun-temurun dijaga dan dikeramati yang bernama Benteng tujuh lapis berada di bersebelahan dengan Padang Fulan Fehan Desa Birun. Benteng ini menurut legenda sudah ada ribuan tahun sebelum Penjajah Portugis menginjak kakinya di Tanah Belu. Benteng ini sebenarnya bernama banteng Makes namun karena bentuknya yang terpagar dari batu sebanyak 7 lapis berbentuk lingkaran bertingkat tujuh atau tujuh tingkat pertahanan yang tersusun rapi dan kuat berpusat di lingkaran ke tujuh yang disebut dengan Saran Mot. Jikalau di amati lebih mendalam susunan batu yang membentuk banteng ini seakan tidak mungkin dilakukan oleh tangan manusia saat dulukala yang belum tersentuh teknologi seperti sekarang ini sehingga oleh masyarakat setempat diyakini ada bantuan makluk gaib dalam pembentukannya.

Satu hal yang menjadi tanda tanya bagi Team MTMT adalah Tumbuhan Kaktus (Cactaceae) yang biasanya hidup di daerah kering (gurun) dan minim air namun didataran Tinggi Fulan Fehan yang Sejuk ini tumbuh subur tumbuhan Kaktus dan berbunga dengan indahnya. Vegetasi Tumbuhan Kaktus ini banyak dijumpai sepanjang jalan mendekati padang sabana Fulan Fehan hingga sekeliling sabana pun tumbuh subur pohon kaktus ini. inilah ciri khas Sabana Fulan Fehan jika dibandingkan dengan Sabana Gunung Mutis atau fatu Monas
Sabana Fulan Fehan sangat dilindungi dan dipelihara dengan baik Pengunjung dilarang membakar kayu atau membuat perapian dan kendaraan roda empat atau mobil dilarang menginjak padang Rumputnya. Kendaraan Pengunjung akhirnya diparkir di sisi-sisi jalan saja. Nah mengingat suhu di malam hari pada daerah diketinggian 1.200san MDPL pasti dingin dan berkabut apalagi kalau hujan wah bias kacau semua jadi untuk berkemah di padang sabana Fulan fehan ini Pengunjung harus mempertimbangkan Pakaian Pelindung dari dingin karena kita tidak boleh membakar apalagi membuat api unggun sebagai penghangat paling banter membawa peralatan masak modern seperti Kompor Minyak Tanah atau Listrik itupun jika kita sempat membawa serta mesin Genersator Listrik (Genset).
Saya bersama Adith Alhabsyi mengambil kesempatan mengexplore sabana Fulan Fehan dengan bantuan kendaraan Motor Trail milik Panitia yang dikendarai oleh Om Epis mengantarkan kami berdua menuju bukit sabana Fulan Fehan. Cukup Jauh juga sambil meliuk-liuk mencari jalur jalan yang tidak tergenang air akhirnya +/- 1 km menuju bukit teletubis Sabana Fulan Fehan akhirnya di ketinggian pertama bukit sabana ini.
Dari kejauhan terlihat seluruh kendaraan Jeep Peserta Atambua Adventur Offroad parker dan para Peserta yang bersantai di padang rumput sambal menikmati sugukan makan siang yang sudah disediakan oleh Panitia. sementara yang lain masih asik dengan kesibukannya sendiri2, ada yang selfie adapula anak2 yang berlari dan bercengkerama di Padang sabana yang hijau bak permadani Raksasa yang dihamparkan.
Kekaguman kami menikmati Sabana Fulan Fehan dari Ketinggian sambil dibelai tiupan sepoi angin dingin dan terkadang sekelompok kabut melewati kami sambal mengelus dengan meninggalkan bekas kelembaban di sekujur pakian dan tutbuh kami yang terbuka sungguh tak terbayarkan. Di Dataran Pulau Timor yang terkenal Panas dan Gersang ini ternyata ada tempat yang begitu indah dan nyaman serta sejuk untuk dinikmati. Tuhan adalah Maha Karya yang takterbantahkan dan tak tertandingi.
Nah bercerita mengenai Gunung Lakaan yang sudah turun-temurun dikisahkan oleh para penjaga atau Juru Kunci Gunung Lakaan yang diceritakan kembali oleh Juru Kunci Andreas Mali Manek usia +/- 79 tahun) bermula dari Pulau Timor yang masih tergenang air dan satu-satunya dataran yang kering adalah puncak gunung Lakaan. Puncak ini berkilau seperti Bintang kemilauan. oleh karena itu oleh pelaut jaman dulu di juluki Sa Mane Kmesak (Sang Putra Tunggal), Baudinik Kmesak (Bintang Tunggal/Satu-satunya), Foho Laka-an (Bercahaya Sendiri), Naksinak-an (Bersinar Sendiri).
Karena Puncak Gunung Lakaan yang muncul pertama kali setelah seluruh permukaan bumi ditutupi air bah (Mungkin itu di jaman Nabi Nuh kali ya) sehingga Sukubangsa Tetun menjuluki Puncak Gunung Lakaan Ibarat Biji Mata Ayam (Foin Nuú Manu Matan), Bagaikan Belahan Pinang (Foin Nuú Bua Klau), Laksana Segumpal Nasi (Foin Nuú Etu Kumun) atau Seperti Pusar Uang Perak (Foin Nuú Murak Husar). Julukan tersebut dilanjutkan dengan Mak Nahu (Dialah yang Memulai), Mak Namata (Dialah yang Awal), Rai Husar (Dialah Tanah Pusar), Rai Binar (Dialah Tanah Kaum Kerabat semua Saudara-saudari).
Dalam Legenda cerita rakyat lainnya dikisahkan Bahwa pada suatu hari turunlah Putri Dewata yang bernama Laka Loro Kmesak (dalam bahasa Tetun berarti Putri Tunggal yang tidak berasal-usul) di puncak Gunung Lakaan dan menetap disana. Putri Laka Loro Kmesak berparas Cantik-Jelita dan memiliki Kesaktian yang sangat luar biasa. Karena Kesaktiannya itu Sang Putri dapat melahirkan anak dari suami yang tidak pernah dikenali orang dan karena itula Sang Putri Laka Loro Kmesak dijuluki dengan nama Nain Bilak-An yang artinya Berbuat sendiri atau Menjelma sendiri). sedangkan sang Suami yang tidak pernah dikenali orang kelak dijulukan dengan Manu Aman Lakaan Naín (Tuan dari Puncak Jago Lakaan)
Putri Dewata Laka Loro Kmesak melahirkan 4 orang keturunannya masing-masing yaitu 2 laki-laki (Atok Lakaan dan Taek Lakaan) dan 2 perempuan (Elok Loa Lorok dan Balok Loa Lorok).
Setelah keempat putra-putri ini dewasa mereka dikawinkan oleh ibunya karena di puncak gunung tidak ada keluarga lain. Atok Lakaan kawin dengan Elok Loa Larak dan Taek Lakaan Kawin dengan Balok Loa Lorok. Kelak keturunan Manu Aman Lakaan inilah yang memenuhi Tanah Belu, Timor Leste, Dawan, Rote, Sabu, Larantuka atau Lamaholot di Pulau Flores bagian Timur (baca terus kisahnya dibawah ini).
Menilik kisah leluhur dari Manu Aman Lakaan di atas, kita mengerti bahwa generasi inilah, yang merupakan penghuni asli dan pertama di pulau Timor. Karena leluhur Putri Dewata Laka Loro Kmesak tidak berasal dari tempat lain, tetapi turun ke puncak Gunung Lakaan, maka Beliau dijuluki Turu-Monu … menetes dari atas, jatuh dari atas. Semua generasi Turu-Monu inilah yang kelak dijuluki: Fohonain, Rainain, pemilik gunung, pemilik tanah, Ainain, Fatuknain, Pemilik Pohon Besar, Pemilik Batu Besar.
Dalam perkembangan selanjutnya, ketika seluruh tanah Timor mulai terlihat, karena air mulai mengering, sebagian anak-anak dan cucu-cucu dari Puncak Gunung Lakaan pun mulai menyebar, tidak hanya di sekitar kaki Gunung Lakaan, namun juga sampai ke Mandeu, Naitimu, Lidak, Jenilu, Lakekun, Litamali, Alas, Biboki, Insana, Wehali, Maukatar, Lubarlau, Ramelau, Sabu, Rote bahkan Flores.
Eeeeh, kalo udah nulis mengenai cerita Rakyat bisa-bisa ngak akan habis nih. Gini saja ya kalo pengen nyambung ceritanya dimasukin aja di kolom komentar ya nanti MTMT akan menceritakan lebih banyak lagi mengenai leluhur Tanah Lakaan ini.
Selanjutnya Kami berdua di jemput kembali dari bukit Teletubis Padang sabana Fulan Fehan dengan Motor Panitia bergabung dengan Peserta Atambua Adventure Offroad yang telah selesai menyantap makan siangnya dan sekitar jam 15:37 Rombongan peserta Adventure melanjutkan perjalanan sesuai rute yang telah di tetapkan oleh Panitia melalui medan Off Road menyeberangi Kali dan sungai kecil serta Jembatan yang putus menuju Etape selanjutnya.
Begitulah Kisah Gunung Lakaan yang menjadi cerita rakyat turun-temurun sebagai cikal bakal Tanah para Leluhur yang keturunannya menyebar sampai ke luar Pulau Timor dan gambaran perjalanan Adventure Off Road ditanah Belu yang seru dan berkesan.
Setelah sampai pada etape ke-3 Team MTMT kembali ke Kota Atambua sementara Peserta Atambua Adventure Offroad bermalam di lokasi yang sudah disediakan oleh Panitia untuk melanjutkan Rute pada Etape ke-4 menuju Garis Finis di Lapangan Olah Raga Kota Atambua keesokan Hari tanggal 23/04/2017.
Sedangkan Kami Bertiga dari Team MTMT kembali ke Kota Kupang pada Malam Hari tanggal 22/03/2017 meninggalkan Kota Atambua dengan Penuh Kesan dan Pengalaman.
Selamat Jalan Fulan Fehan, Selamat Jalan Kota Atambua nantikan kunjungan kita dilain waktu semoga tetap ramah dan bersahabat dengan kita saat kunjungan berikut nanti.
Salam..... My Trip My Tapaleuk.... Tapaleuk yang bermafaat.
Harus kita coba bermalam di fulan fehan om, kita rasakan sensasi dinginnya. Salam trip..
BalasHapus