Hundred Miles-Ekspedisi ke Pucak Gunung Mutis
(06/05/2016)
Tugu di Puncak Gunung Mutis |
Gunung ini berada di Kabupaten Timur Tengah Selatan di wilayah Cagar Alam Mutis, 150 km dari Kota Kupang atau sekitar 45 km sebelah utara dari kota So'e ataupun berkisar 22 km dari Desa Kapan.
Perjalanan menuju Cagar Alam Gunung Mutis dari Desa Kapan (Kecamatan Molo Utara) ini terbagi 2 rute. Team My Trip My Tapaleuk (MTMT) mengambil rute perjalanan Jalur Selatan melewati Desa Fatumnasi, adapun jalur timur harus melewati desa Bonleu dilanjutkan ke sabana di Kaki Gunung Mutis yang sangat luas, bisa juga ditempuh dari arat utara melalui kabupaten TTU.
Papan Informasi Pos Cagar Alam Gunung Mutis |
Pada periode angin timuran khususnya bulan Juli s/d pertengahan bulan agustus disarankan tidak melakukan pendakian karena udara dingin kering yang sangat ekstrim melanda sebagian besar pulau Timur dan kawasan gunung Mutis. Bahkan menurut keterangan Masyarakat didesa sekitar gunung yang merupakan salah satu suku tertua di NTT yaitu suku Dawan bahwa manusia dan hewan bisa mati karena kedinginan.
Setelah bersusah payah akhirnya menjelang jam 17:30 Team MTMT dengan mengendarai Jeep Mambo (CJ 5) berpenggerak 4 roda (4 Wheel Drive) berhasil menerobos masuk ke sabana di kaki gunung dalam kondisi hujan ringan dan jalan tanjakan offroad sangat licin dan berlubang akibat kikisan aliran air hujan yang melalui tanah lempung merah yang menjadi dasar jalan.
Team Harus berjuang hampir sepuluh kali menaklukan tanjakan yang basah dan licin tersebut yang menjadi satu-satunya jalur jalan menuju kaki gunung.
Ternyata di Sabana sudah terdapat 1 kelompok pendakian yang terlebih dahulu mendirikan kemah satu kelompok lagi mendirikan kemah diluar jalur masuk menuju sabana karena kendaraan mereka yang tidak bisa melewati jalan masuk yang berlumpur dan licin tersebut. kedua kelompok tersebut memarkirkan kendaraan jauh di luar sabana.
Om Nue yang kita ketemu didesa Nenas menjadi satu-satunya Guide mengantarkan kami sampai di tempat yang akan kami dirikan Kemah, setelah itu Guide kami pamit pulang dan berjanji akan kembali besok pagi untuk menemani pendakian.
Setelah mendirikan kemah dan memasak makanan, Matahari pun mulai terbenam kami sempat melepas lampion kemudian menikmati langit malam di padang sabana Gunung Mutis. Kami sangat bersyukur karena setibanya di sabana cuaca mulai cerah, hujan yang mengguyur kami semenjak di desa Nenas sampai menjelang jalan masuk kaki gunung telah berhenti langitpun bersih dari awan.
Sabana Kedua di Kaki Gunung Mutis |
Menjelang subuh udara dingin sangat mengigit serasa merasuk sampai ke tulang, seluruh Anggota Team terbangun saya berinisiatif membakar kembali kayu yang semalam kita buat api unggun pada bekas pohon mati di belakang tenda untuk menghangatkan tubuh da memasak kopi hingga pagi hari.
Team MTMT memulai pendakian pada jam 08:30 dengan tujuan pertama savana padang rumput di lereng gunung. Pada titik ini jalur pendakian belum terlalu terjal/vertikal dan diperkiraan baru 1/3 dari puncak gunung. Dua Anggota Team Menarik diri dari pendakian kembali ke kemah sekarang team pendakian tinggal 3 orang terus melakukan pendakian.
Setelah beristirahat sebentar dan menikmati padang rumput yang dikelilingi pohon sambil diterpa kabut dan angin dingin, seketika lelah dan peluh di badan terasa hilang berganti semangat menggapai "Kanopi Tertinggi" di Propinsi NTT. Team juga sempat memotret kuda liar yang sedang bebas merumput di savana ini.
Add caption |
Ada kesan yang mendalam sepanjang jalur pendakian pada daerah punggung gunung ini serasa kita menemukan dunia yang hilang, dunia jurasic atau dunia dengan pohon2 tua yang bergelantungan berbagai jenis tumbuhan benalu, batang dan tangakai pohon berjubah lumut serta tumbuhan pakis di lantai hutan tersadar bahwa kita telah memasuki dunia nyata hutan homogen dataran tinggi yang selama ini hanya dapat kita tonton dalam film friksi ilmiah seperti Jurasic Park. Pepohonan bak Bonsai Raksasa yang disamarkan dan dilindungi oleh selimut kabut, Sungguh mempesona dan juga membangkitkan bulu kuduk ketika kita berada sendirian terpisah dari rombongan didalam hutan pendakian gunung ini.
Nyeker karena Sepatu sudah basah kuyup |
Sambil menikmati suasana hutan Team tetap fokus melangkah pada satu-satunya rute pendakian jalan setapak yang terjal dengan kemiringan berkisar rata-rata 60 derajat lebih namun tidaklah licin terbukti salah satu anggota team (Fradila Dahlan) yang melepas sepatu kemudian meneruskan pendakian tanpa alas kaki sampai ke puncak serta menuruni puncak dengan kaki kosong (nyeker) karena didalam sepatu kita telah basah akibat rembesan air hujan yang turun membasahi tumbuhan semak dan rerumputan sepanjang rute pendakian.
Jalur Pendakian iika diperhatikan dengan baik kita akan menemukan bekas cacahan kulit di pohon2 yang dibuat oleh pendaki sebelumnya agar tidak tersesat namun ada baiknya kita menggunakan Guide penduduk setempat yang menuntun pendakian karena susana kabut yang membatasi jarak pandang dan medan yang basah bisa membuat kita salah jalan dan kemungkinan tersesat.
Vegetasi berbagai tumbuhan atau tanaman disekeliling gunung Mutis ini cukup lebat dimana pohon2 yang tidak pernah dijamah maupun ditebang tetap berdiri kohoh membuat tudung penghalang matahari bagi tanah tumbuhan lain dibawahnya. Pada 2/3 bagian gunung saya lebih menyukai isntilah punggung gunung, pohon2 disini mempunyai ukuran besar-besar yang tumbuh lurus dan menjulang tinggi. Adapun beberapa rebahan pohon yang mulai lapuk namun masih setia diselimuti lumut tersebut bukannya ditebang tapi tumbang karena tersambar petir demikian penjelasan Om Nue.
Guide Gunung Mutis sangat tangguh |
Serangan tawon besar mengakibatkan sengatan dilengan dan kepala didera oleh Dila yang dengan reaksi pembekakan dan perih, namun Om Nue yang menjadi Guide kami dengan cekatan mengambil beberapa lembar daun pada pohon pilihan disekitarnya kemudian memanggangnya dengan pemantik Api yang kebetulan saya bawa lalu menempelkan pada luka sengatan tawon, sungguh mujarab sekali bengkak dan sakit perih segera berkurang dan pendakian dapat dilanjutkan lagi.
Dari pengalaman tersebut Team menyarankan saat melakukan pendakian atau berada dimanapun lingkungan yang tidak kita kenal perhatikan benda2 disekeliling kita sebelum kita menyentuhnya karena mungkin ada binatang penyengat atau berbisa yang bisa membahayakan nyawa kita maupun merusak rencana yang sudah kita programkan.
Pepohonan yang diselimuti lumut |
Pada bagian ini jalur pendakian mengarah ke Puncak Laki sebelum menggapai Kanopi tertinggi di Nusa Tenggara Timur Puncak Gunung Mutis yang sebenarnya. Setibanya dipuncak Laki kabut semakin tebal dan basah demikian pula jarak pandang semakin terbatas kadar oksigen juga semakin tipis serta udara dan angin dingin mulai menerpa.
Team mengambil kesempatan istirahat sebentar sambil mengumpulkan tenaga. Kami mencoba mengambil Gadged masing-masing untuk sekedar mengambil dokumentasi pribadi dan mencari signal Selular karena sejak dikaki gunung Handphone kita tidak mendapat signal BTS, Praktis komunikasi dengan dunia luar tidak dapat dilakukan.
Di puncak Laki gunung Mutis ini Signal Seluler yang diterima oleh Perangkat HP kita berasal dari Timor Leste, wah gawat tuh kalo dibiarkan bisa kena Roaming Internasional. Bayangin pengalaman pernah melakukan percakapan ke timor leste permenit bisa kena biaya Rp. 50.000,- wow mahal kan. Sinyal BTS Timor Leste bisa sampai ke puncak Laki ini karena secara topologi jarak antara puncak gunung mutis dan perbatasan Enklave Oekusi (Timor Leste) hanya berkisar 9 km menurut line of sight communication (Jarak Pandang Signal Komunikasi tanpa halangan). Okey HP kemudian diset menjadi mode Pesawat artinya tetap hidup tapi tidak terhubung dengan BTS manapun.
Bak Jurasic Word |
Pertarungan hebat terjadi antara pikiran yang memaksa terus berjalan sementara otot kaki yang hampir2 tidak dapat melangkah lagi namun gambaran pikiran yang merayu akan menapakkan kaki kita dipuncak Gunung Mutis memaksa Team untuk terus melangkah. Semangat pendakian tak pernah henti-hentinya disuarakan oleh Guide kami yang tangguh ini mendorong kami untuk terus berjalan karena jarak ke puncak gunung tinggal sedikit lagi kita gapai seketika itu pula Adrenalin terpacu dan semangat tiba2 muncul mengalahkan sisa2 tenaga pada tubuh yang betar-benar lelah.
Prasasti di Puncak Gunung Mutis |
Dipuncak Gunung Mutis ini Sinyal BTS Telkomsel dapat dijangkau oleh Handphone kesempatan ini kita gunakan menghubungi keluarga menyampaikan informasi keadaan kita. Setelah mengambil dokumentasi dan beristirahat kurang lebih 25 menit Team memutuskan untuk turun kembali ke titik perkemahan karena dikawatirkan cuaca yang tidak menentu bisa saja seketika hujan lebat disertai petir akan menyulitkan perjalanan pulang.
Perjalanan Menuruni gunung tidak semudah yang dibayangkan karena membutuhkan pijakan kaki yang lebih kuat akibat gravitasi dan medan yang curam serta basah ini jika terpeleset sulit untuk dibayangkan.
Besama Team Pendaki |
Beberapa pengalaman pendaki yang terbawa halusinasi menceritakan seakan sedang mengikuti alur jalan, orang lain atau sesutu yang ada didepan kita padahal sebenarnya kita telah berjalan di jalur yang salah jika tidak cepat sadar dapat tersesat dan tidak bisa menemukan kembali jalan sebenarnya atau hilang dan meninggal akibat kehabisan bekal dan terserang hipotermia (kedinginan), kejadian terburuk lainnya tiba2 terjatuh pada jurang gunung.
Foto Bareng di Pintu awal Pendakian |
Foto dari sabana Cagar Alam Gunung Mutis |
Setibanya di tenda Team Pendakian bergabung kembali dengan dua Anggota yang telah menunggu selanjutnya seluruh team segera berbenah membongkar tenda selanjutnya pukul 16:10 Wita Team MTMT beranjak dari savana serta bergegas pulang menuju kupang.
Selamat Jalan Gunung Mutis nantikan kunjungan kita dilain waktu semoga kamu tetap bersahabat dengan kita saat kunjungan berikut nanti.
Salam..... My Trip My Tapaleuk.... Tapaleuk yang bermafaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar